Me and Transformation

"Setiap waktu adalah kesempatan untuk memperbaiki diri."
Begitulah motto hidup salah seorang senior ikhwan yang sering mengisi kajian di kampus Fisip.
Hal itu pun menjadi sebuah pembelajaran pula bagi saya pribadi.

Kali ini catatan saya adalah tentang Transformation = Perubahan.

Rasulullah Saw pernah bersabda, "Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin ialah orang yang merugi, barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin ialah orang yang zalim, barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin ialah orang yang beruntung."

Dan saya hanya ingin menjadi lebih baik setiap waktunya.

Termasuk dalam hal berhijabSyar'i.

Mungkin ada yang bertanya-tanya dengan perubahan cara berpakaian saya ini. Mungkin ya, mungkin.. Jika benar, saya pun juga tidak tahu siapa. Yang jelas, melalui tulisan ini saya hanya ingin bercerita dan menceritakan tentang sebuah cerita. [Halah... apalah.. :]

Saya bingung juga mau menjelaskannya bagaimana..

Yang jelas saya hanya ingin ada perubahan dari waktu ke waktu, terutama dalam hal berpakaian. Yang paling penting untuk diingat adalah bahwa panjang pendeknya jilbab seorang muslimah tidaklah bisa dijadikan patokan kesholehan muslimah tersebut. Hanya saja, perubahan demi perubahan itu adalah sebuah upaya untuk menuju kesholehan itu sendiri.

"Mentang-mentang jilbab lebih panjang dan lebih lebar, berarti sudah lebih sholehah dari yang lain."
Tidak, sama sekali tidak. Sekali lagi, panjang pendeknya, tebal tipisnya khimar seorang muslimah, tidak dapat dijadikan strandart kesholehan seorang muslimah. Hanya saja, perubahan itu adalah sebuah sarana dan upaya untuk menjadi sholehah.

Jadi, jika ada yang melihat saya berubah dari segi penampilan, itu bukan berarti saya lebih sholehah. Tidak.
Bukan juga berarti saya pindah-pindah. Tidak. Saya tetap tarbiyah.
Jangan pula sampai ada yang berpikiran bahwa itu semua hanyalah sebuah topeng. Na'uzubillah..
Semoga Allah menjauhkan saya dari niatan seperti ini. :'(

Saya hanya ingin bertransformasi ke arah yang lebih baik lagi. Niat saya, semoga dengan memperbaiki outside, maka inside saya pun akan mengikutinya.

Jangan sampai inside yang dirasa kurang justru membuat outside yang sudah syar'i ikutan berkurang.

Pernah ada kejadian, ada seorang muslimah yang pakaiannya lebih sya'i dari pada yang saya kenakan seperti No. 1, tiba-tiba, lambat laun semakin menaikkan ukuran khimarnya [kerudung].

"Ana ngerasa ngga pantas dengan pakaian seperti ini. Sholat aja masih ngaret. Duha saja ga rutin. Tahajjud ga dilaksanain. Puasa sunnah dianggurin. Ngga sebanding rasanya dengan panjangnya khimar ini."

Begitu penuturannya :'(

Waktu itu saya hanya bilang, "Harusnya Ibadah-ibadahnya yang ditingkatkan, bukan justru khimarnya yang dinaikkan." kurang lebih begitu.

Ya, jadi intinya:
1. Berjilbab adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslimah. Lihat Qs. An Nur : 31 ini :  “Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khumurnya (Indonesia: hijab) ke dadanya….”

2. Yang namanya kewajiban, ngga bisa dijadikan patokan kesholehan seseorang. Contoh : Sholat itu wajib kan? Apa bisa setiap orang yang sholat dikatakan sholeh. Belum tentu. Masih ada kok yang sholat tapi maksiat jalan terus. Yang salaht sholatnya apa orangnya? Yang salah ya orangnya, bukan sholatnya. Begitu pun dengan jilbab atau hijab. Jangan jadikan alibi "Banyak yang berjilab tapi masih jalan sama cowok yang bukan mahram.", sebagai dalil bagi kita untuk enggan berjilbab. Yang salah bukan jilbabnya, tapi orang yang pakai jilbab itu sendiri yang mungkin belum memahami esensi jilbab secara kaffah.

3. Kalau sudah berjilbab, kewajiban selanjutnya ialah menuntut ilmu agama, lebih dan lebih lagi. Agar kita lebih paham dengan islam yang luar biasa ini.

Seperti yang disampaikan oleh salah satu Artis muslimah Indonesia ini : Esensi Hijab Sebenarnya :

Esensi Hijab sebenarnya : Oki Setiana Dewi

Intinya dalam tulisan saya kali ini, saya hanya ingin bilang bahwa, "Saya Maharani Yas. Saya Jilbaber (sebutan untuk muslimah yang jilbabnya panjang dan lebar-lebar gitu :)), dan saya bukan teroris!"

Karna pasti ada yang mengkait-kaitkan saya dengan teroris ketika melihat saya berpakaian seperti No.3

Tidak-tidak. My Name is Rani. And I'm Not A Terrorist :)

Saya udah minta izin lho dengan orang tua. Walau agak berat mereka mengizinkan karna khawatir saya itu gimana-gimana, tapi Inshaallah restu mereka sudah saya dapatkan :)
Murrobbiah saya juga sudah kasih izin. :)

Inshaallah, cuma sampai di nomor 3. Ngga saya tambahin cadar kok :)
Walau begitu, saya tetaplah Rani yang biasa dikenal.
Ada yang bilang saya Ramah dan supel dalam bergaul. [Maaciih^^]
Ada juga sih yang bilang saya itu cuek dan sinis [pembawaan bentuk mata kali ya^^], tapi ujung-ujungnya bakalan bilang, "Ternyata ramah ya" Hhehe.. Mulai narsis.

Yah, apapun itu penilaian, tanggapan, dan fikiran semuanya tentang saya, saya kembalikan kepada yang ingin menilai. 
Saya tetaplah Rani seperti yang biasa kenal. Bagaimana pun cara berpenampilan saya. Inshaallah yang penting tetap  syar'i.
Mohon doanya, agar bisa Istiqomah dalam mengenakan seperti yang nomor 3. (Catat ya, nomor 3, jangan lupa pilih juga No. 3)

Niatan untuk berhijab seperti itu sudah luaaama pengen direalisasikan. Hanya saja momentnya baru dapat saat-saat ini. Inshaallah tidak ada kaitannya dengan apapun. Cuma Allah yang lebih tahu.

Harapan saya, semoga Hijab Syar'i lebih membumi.
Dan mari kita gemakan "Syar'i Outside, Beuty Inside."
#Tolakmissworld [Nah, Lho!] :)

Share this post